Cara Ternak Lele Lahan Sempit Menggunakan Teknik Bioflok, Simpel!

Cara ternak ikan lele di lahan yang sempit
Budidaya ikan lele semakin diminati, terutama dengan teknik bioflok yang efisien dan hemat lahan, namun hasilnya tetap melimpah. Teknik ternak lele model ini mengandalkan rekayasa lingkungan dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk mengolah limbah organik agar bisa menjadi sumber pakan alami.
Selain dapat meningkatkan produktivitas hasil panen ikan lele, metode bioflok ini juga menekan penggunaan air secara berlebihan. Berikut lima langkah utama dalam ternak lele dengan teknik bioflok di lahan sempit.
Langkah-langkah Ternak Lele Teknik Bioflok
1. Mempersiapkan Kolam
Kolam menjadi faktor utama dalam keberhasilan budidaya lele bioflok. Untuk lahan terbatas, kolam berukuran 2-3 meter sudah cukup untuk memelihara ribuan ekor lele. Kolam dapat dibuat dari terpal dengan rangka bambu atau besi untuk menghemat biaya.
Penting juga untuk menambahkan atap agar air tidak terkena sinar matahari dan hujan langsung, karena dapat mempengaruhi pH air dan mikroorganisme di dalamnya. Mesin aerator juga diperlukan untuk memastikan pasokan oksigen tetap stabil dalam kolam.
2. Menyiapkan Air dan Mikroorganisme
Setelah kolam siap, isi dengan air setinggi 80-100 cm. Kemudian tambahkan probiotik sebanyak 5 ml/m³ pada hari kedua untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme.
Selanjutnya, pada hari ketiga masukkan molase (tetes tebu) sebanyak 250 ml/m³ dan tambahkan dolomit 150–200 gram/m³. Diamkan air selama 7-10 hari agar ekosistem bioflok dapat terbentuk secara optimal.
3. Penebaran Benih Lele
Benih lele yang digunakan harus berasal dari indukan unggul, dengan ciri-ciri aktif, warna seragam, dan organ tubuh lengkap. Benih yang berukuran 4-7 cm lebih disarankan untuk meminimalkan kematian awal.
Setelah benih ditebar, tambahkan lagi probiotik sebanyak 5 ml/m³ pada hari berikutnya. Setiap 10 hari sekali, lakukan perawatan dengan penambahan probiotik, ragi tempe, ragi tape, dan dolomit sesuai takaran agar bioflok tetap stabil.
4. Pemberian Pakan yang Tepat
Pakan berperan penting dalam pertumbuhan lele. Sebelum diberikan, pakan sebaiknya difermentasi menggunakan probiotik Lactobacillus selama 2-7 hari agar lebih mudah dicerna. Campuran pakan terdiri dari 2 cc probiotik per kilogram pakan dan air bersih sebanyak 25% dari berat pakan.
Pakan diberikan dua kali sehari (pagi dan sore) dengan dosis 80% dari total kebutuhan. Setiap minggu, lele dipuasakan satu hari untuk menstabilkan sistem pencernaan.
Pemeliharaan dan Panen

Ilustrasi cara ternak ikan lele
Selama pemeliharaan, penting untuk melakukan sortasi guna memisahkan benih yang tumbuh lebih lambat atau kurang sehat. Beberapa benih mungkin mengalami stres akibat adaptasi lingkungan dan berujung pada kematian.
Benih yang mati harus segera dibuang agar tidak mencemari kualitas air dan mencegah penyebaran penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan ikan lainnya. Selain itu, pemantauan kualitas air seperti pH, kadar oksigen, dan amonia harus dilakukan secara rutin untuk memastikan kondisi tetap optimal bagi pertumbuhan lele.
Panen biasanya dilakukan setelah 2,5 hingga 3 bulan, saat lele sudah mencapai ukuran yang layak dijual. Sehari sebelum panen, lele sebaiknya dipuasakan untuk mencegah mereka memuntahkan pakan selama proses pemanenan.
Pemanenan dilakukan dengan hati-hati menggunakan jaring atau waring agar tidak melukai ikan dan menjaga kualitasnya tetap baik hingga sampai ke tangan pembeli.
Setelah panen, kolam perlu dibersihkan dari sisa flok yang mengendap. Air bekas panen bisa digunakan kembali dengan perbandingan 50% air lama dan 50% air baru, sehingga proses budidaya selanjutnya bisa berjalan lebih cepat.
Teknik bioflok membuat budidaya lele lebih efisien, hemat lahan, dan ramah lingkungan, sehingga cocok diterapkan bagi peternak yang memiliki keterbatasan ruang serta ingin meningkatkan produktivitas budidayanya.