Bukan Tawuran, Penembakan Tragis Gamma Oleh Aipda R Berawal dari Pepetan Motor!
Penembakan Tragis Gamma Oleh Aipda R
Kejadian penembakan yang melibatkan seorang anggota polisi, Aipda R, dan seorang siswa SMKN 4 Semarang, berinisial GRO, menjadi perhatian publik. Kasus ini menyisakan banyak pertanyaan, terutama terkait motif di balik tindakan tragis tersebut. Kepala Bidang Propam Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Aris Supriyono, memberikan penjelasan rinci mengenai insiden yang terjadi pada 24 November 2024.
Motif Penembakan : Masalah di Jalan Raya
Menurut Kombes Pol Aris, insiden tersebut dipicu oleh persoalan sepele di jalanan. Saat pulang dari kantor, Aipda R merasa sepeda motornya dipepet oleh kendaraan yang dinaiki oleh korban. Perasaan terdesak ini memicu amarahnya, hingga berujung pada tindakan tak terkendali.
“Aipda R merasa jalannya terganggu oleh kendaraan korban. Setelah itu, dia menunggu mereka putar balik, dan akhirnya terjadilah penembakan,” jelas Aris dalam rapat dengan Komisi III DPR RI di Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Penembakan tersebut terjadi di depan sebuah minimarket di Kecamatan Semarang Barat, tepat pada tengah malam. Dari keterangan yang disampaikan, pelaku melepaskan empat tembakan, sebuah tindakan yang dibuktikan melalui rekaman CCTV di lokasi kejadian.
Bukan Pembubaran Tawuran
Aris menegaskan, kasus ini tidak terkait dengan pembubaran tawuran yang sebelumnya sempat terjadi di daerah tersebut. "Penembakan ini murni akibat emosi sesaat. Tidak ada kaitannya dengan tugas pembubaran tawuran," ungkapnya.
Keputusan Aipda R menggunakan senjata api dalam situasi tersebut melanggar Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Senjata Api. Selain itu, ia juga diduga melanggar Pasal 13 Ayat 1 PPRI Nomor 1 Tahun 2003 serta Perpol Nomor 7 Tahun 2022 tentang Kode Etik Kepolisian.
Tindak Lanjut Hukum dan Etik
Langkah hukum terhadap Aipda R kini sedang berlangsung. Ia menghadapi sidang kode etik yang akan menentukan nasib kariernya sebagai anggota polisi. "Sidang yang awalnya direncanakan hari ini, akan segera dilaksanakan dalam waktu dekat," kata Aris.
Kasus ini menjadi sorotan karena melibatkan seorang aparat yang seharusnya menjaga keamanan masyarakat. Tindakan di luar kendali seperti ini mencederai kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian.
Pelajaran Berharga bagi Institusi Polri
Tragedi ini kembali menyoroti pentingnya pengendalian emosi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang penggunaan senjata api di kalangan aparat penegak hukum. Kode etik dan pelatihan profesional perlu ditegakkan agar insiden serupa tidak terulang.
Publik kini menanti keputusan tegas dari kepolisian untuk memberikan keadilan kepada keluarga korban dan memastikan bahwa tindakan seperti ini tidak dibiarkan tanpa konsekuensi. Kejadian ini juga menjadi pengingat bahwa integritas dan profesionalisme adalah kunci untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap institusi penegak hukum.
Diharapkan, dengan langkah-langkah yang diambil, kasus ini dapat menjadi momentum evaluasi bagi Polri untuk terus memperbaiki sistem dan membangun kepercayaan publik.